Minggu, 19 April 2015

Masalah dengan Film Horror Indonesia

Night reader, kali ini saya kembali dengan sebuah artikel.
Jujur saya bingung artikel apa yang harus ditulis dalam beberapa hari ini, tapi sekitar 2 hari yang lalu saya melihat sebuah video mengenai masalah-masalah yang ada pada film horror diabad 21 ini.
Memang, pada video itu yang dijelaskan adalah film horror yang beredar secara internasional. Tapi bisa dijadikan sedikit referensi bagi saya untuk menilai film horror di Indonesia.
Kebetulan juga, saya adalah seorang mahasiswa dari jurusan pertelevisian dan perfilman di salah satu Universitas di Jawa Timur. Jadi, apa salahnya sedikit mengasah kemampuan analisis saya dengan menulis artikel ini. Yah sekalian belajar hehe...

Oh ya, bagi kalian yang ingin melihat video referensi saya dari bung Chris Stuckmann bisa dilihat disini

Okey langsung saja dengan analisisnya. Check this out!



Kalian penggemar Film horror? Berarti anda pasti sudah mengenal film-film horror di Indonesia.
Industri perfilman horror di Indonesia berawal dari film Lisa (1971), insan penikmat film di Indonesia mulai mengenal apa itu film horror. Semenjak saat itu, perlahan-lahan Film horror Indonesia menjadi primadona bagi masyarakat, bersama dengan film komedi dan action.
Pasti anda juga mengenal sosok Suzanna, beliau adalah seorang Ratu Film Horror di Indonesia berkat peran-peran di film horror seperti Malam Satu Suro (1988) dan Sundel Bolong (1981)  yang melegenda.

Film horror Indonesia pun seakan mendapat nafas baru semenjak tayangnya film yang menjadi salah satu film horror favorit saya, yaitu Jelangkung (2001). Kehadiran film ini seakan menandai kebangkitan film horror indonesia. Lalu hadirlah beberapa film horror Indonesia yang menurut saya cukup bagus seperti Film Kuntilanak (2006).

Akan tetapi, beberapa tahun belakangan ini kualitas yang dulu saya harapkan untuk semakin meningkat malah mengalami penurunan. Para pemilik rumah produksi mulai menghadirkan hal yang "lain" untuk dapat menarik jumlah penonton dan menaikkan penghasilan. Pada akhirnya, dengan mengandalkan beberapa nama besar (biasanya artis wanita dengan badan yang seksi), dan menyertakan beberapa aktor yang baru naik daun atau bahkan belum terorbit, dan membuat bagaimana caranya, dengan modal seminim mungkin, mendapatkan penghasilan yang sangat besar.

Karena yang menjadi bahasan utama saya adalah film horror, maka semua sub genre pun saya masukkan kedalam analisis ini, termasuk horror komedi. Mungkin kalian akan mengatakan, "namanya juga film horror komedi, ya wajar saja jika menyertakan kelucuan-kelucuan didalamnya". Oke, saya mengerti, tapi jika dengan embel-embel "horror" komedi, menurut kalian mana yang seharusnya lebih diutamakan? Horror atau komedinya?

Kembali ke analisis, dikarenakan keinginan untuk meraih uang, para rumah produksi ini pun melakukan apapun untuk menghasilkan film yang alakadarnya dan melupakan unsur utama dari film horror itu sendiri.
Film horror, adalah sebuah film yang berusaha untuk memunculkan rasa takut pada penontonnya. Akan tetapi, sama seperti yang dikatakan oleh Bung Chris pada Video diatas, bahwa diera modern ini Film horror terlalu mengandalkan efek kejutan untuk memberikan rasa takut.

Akan tetapi, efek kejut itu hanya sementara, sehingga tensi dan ketegangan yang kita rasakan pun perlahan-lahan memudar. Memang, saya sendiri tak melarang penggunaan Efek kejut, akan tetapi, ada baiknya juga untuk membangun atmosfir ketegangan yang akan terus meningkat sehingga para penonton akan terus mengalami ketakutan hingga akhir film.

Rumah Dara (2010) adalah bukti dimana tensi dan atmosfir dalam film horror tak boleh dilupakan. Film ini menurut saya adalah sebuah ajakan untuk memperbaiki film horror di Indonesia.

Akhir kata, dengan banyaknya film dan aktor Indonesia yang mulai mendapatkan perhatian dunia, sudah seharusnya kita membenahi kualitas film, bukan hanya film horror tapi juga seluruh genre lainnya, sehingga tidak hanya mementingkan kuantitas saja (kuantitas penghasilan).

Mungkin kalian punya pendapat sendiri, silahkan komentar di bawah. Thanks and Night Reader :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tolong diisi dengan bahasa yang sopan dan tidak mengundang emosi ya readers?