Selasa, 03 Juni 2014

Bullying

Malam readers, malam ini mungkin saya hanya akan memposting artikel yang cukup serius.
Bullying, yah memang tidak terdengar sepenting kekerasan seksual ataupun black campaign yang sedang hangat di negri tercinta.

Tapi tidak ada salahnya kita untuk membahas masalah yang sebenarnya merupakan sebuah masalah besar.
Orang bijak selalu berkata "Kamu tidak akan tahu rasanya, jika tidak mengalaminya sendiri".
Mungkin itulah yang dialami oleh korban-korban bullying. Di beberapa negara, bullying menjadi salah satu penyebab tingginya tingkat bunuh diri.Sehingga tak ada salahnya kita membahas bullying di Indonesia.




Bullying memang dikenal biasanya dalam bentuk kalimat yang offensif terhadap salah satu pihak. Di Indonesia sendiri, bullying tanpa kita sadari menjadi budaya yang kuat. Mulai dari kalangan siswa, sampai kalangan masyarakat.

Jika di kalangan siswa/pelajar, kita biasa melihat bullying dalam hal perkenalan kehidupan sekolah seperti Ospek atau MOS, atau apapun itu namanya. Mereka biasa menciptakan acara-acara yang tidak berguna dengan alasan memperkuat mental atau apapun itu. Akan tetapi mereka sendiri terkadang membuat acara tersebut karena alasan tidak penting, seperti balas dendam ataupun hanya untuk lucu-lucu saja. Mungkin itu tidak masalah bagi sebagian, tapi bagi beberapa orang hal ini bisa jadi sangat mengganggu. Bahkan banyak kejadian-kejadian buruk pada saat kegiatan ini yang terungkap akhir-akhir ini di media.

Di kalangan masyarakat sendiri, bullying tersebut dikenal dengan nama gosip. Yah, kita bisa menganggap remeh namanya gosip, tapi hal ini tanpa kita sadari sangat mempengaruhi mental dari orang yang digosipkan. Kebiasaan ini sangatlah buruk menurut saya.
Hal ini sangatlah disayangkan. Disaat kita berusaha untuk menghapuskan bullying, tapi kita tanpa sadar, melakukan bullying. Dengan alasan "udah menjadi budaya".

Dulu sewaktu SMA saya pernah mendengar dari guru sosiologi saya bahwa gosip dilakukan sebagai kontrol sosial. Tapi semakin saya membuka mata, sebuah kontrol sosial bukan berarti kita harus memojokkan orang karena kesalahan yang dilakukannya. Saya tidak mengatakan bahwa guru saya salah. Hanya saja, jika saja kita fikirkan, kalau kita berada diposisi orang lain, diposisi orang tersebut. Apa yang akan kita rasakan?

Saya menulis artikel ini terinspirasi dari sebuah video youtube. Mengenai seorang remaja yang menceritakan kejadian saat dirinya dibully.



Amanda Todd, seorang remaja putri ini hanya membutuhkan seseorang yang bisa mengerti. Akan tetapi, semua orang yang berada disekitarnya hanya menjauhinya dan menggosipkan yang tidak benar tentangnya.
Hal ini sangat disayangkan, apakah begitu parahnya generasi muda kita? Ia memang salah, akan tetapi tugas kita seharusnya adalah memberinya dukungan untuk bangkit, bukannya menginjaknya yang sudah terjatuh...

Seharusnya dunia ini bisa lebih indah, jika saja kita bisa berhenti dan memperhatikan kondisi sekitar kita...
STOP BULLYING!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tolong diisi dengan bahasa yang sopan dan tidak mengundang emosi ya readers?